Proyek baterai kendaraan listrik (EV) di Indonesia yang sempat terhambat akibat mundurnya LG Energy Solution kini menemukan titik terang. Wakil Menteri BUMN Rosan Roeslani menyatakan bahwa sejumlah perusahaan asal China siap menggantikan peran LG dalam pengembangan industri baterai di Tanah Air.
Mundurnya LG Energy Solution dari Proyek Baterai RI
LG Energy Solution sebelumnya bekerja sama dengan konsorsium Indonesia Battery Corporation (IBC) yang terdiri dari PT Aneka Tambang (Antam), PT Pertamina, PT PLN, dan PT Inalum. Namun, pada awal 2023, LG memutuskan untuk mengundurkan diri dari proyek senilai $9,8 miliar ini karena berbagai faktor, termasuk perubahan strategi bisnis global.
Keputusan LG sempat menimbulkan kekhawatiran mengenai masa depan industri baterai di Indonesia. Namun, pemerintah dengan cepat mencari alternatif untuk memastikan proyek tetap berjalan.
Perusahaan China Menunjukkan Minat
Rosan Roeslani mengungkapkan bahwa beberapa perusahaan China telah menyatakan ketertarikan mereka untuk berinvestasi dalam proyek baterai Indonesia. China, sebagai salah satu pemain utama di industri baterai global, memiliki teknologi dan kapasitas produksi yang mumpuni.
“Ada beberapa perusahaan dari China yang sudah menyampaikan minatnya. Mereka memiliki pengalaman dan kapabilitas yang kuat di sektor baterai kendaraan listrik,” kata Rosan dalam sebuah wawancara.
Beberapa nama besar seperti CATL (Contemporary Amperex Technology Co. Limited), BYD, dan GEM disebut-sebut sebagai calon pengganti LG. CATL sendiri merupakan produsen baterai terbesar di dunia dan telah bermitra dengan berbagai merek otomotif global.
Dampak Positif bagi Industri EV Indonesia
Keikutsertaan perusahaan China dalam proyek baterai Indonesia dapat memberikan beberapa manfaat, antara lain:
- Transfer Teknologi – Perusahaan China memiliki pengalaman luas dalam produksi baterai lithium-ion, yang dapat mempercepat penguasaan teknologi di Indonesia.
- Investasi Besar – Proyek ini dapat menarik pendanaan baru untuk membangun fasilitas produksi baterai skala besar.
- Memperkuat Rantai Pasok EV – Dengan adanya pabrik baterai dalam negeri, industri kendaraan listrik Indonesia bisa lebih kompetitif.
Tantangan yang Perlu Diperhatikan
Meskipun peluangnya besar, kerja sama dengan perusahaan China juga perlu mempertimbangkan beberapa faktor, seperti:
- Ketergantungan pada Teknologi Asing – Indonesia harus memastikan adanya alih pengetahuan agar tidak hanya menjadi basis produksi.
- Isu Lingkungan – Proses produksi baterai harus memenuhi standar keberlanjutan.
- Stabilitas Politik dan Hukum – Investor asing membutuhkan kepastian regulasi sebelum menanamkan modal.
Apa Langkah Selanjutnya?
Pemerintah Indonesia saat ini sedang melakukan pembahasan lebih lanjut dengan calon investor dari China. Jika semuanya berjalan lancar, proyek baterai nasional bisa segera terealisasi dan mendorong percepatan adopsi kendaraan listrik di Indonesia.
Dengan minat kuat dari perusahaan China, proyek baterai kendaraan listrik Indonesia memiliki harapan baru. Kolaborasi ini bisa menjadi langkah strategis untuk menjadikan Indonesia sebagai pusat produksi EV di Asia Tenggara.