Di saat banyak sektor usaha merasakan dampak perlambatan ekonomi nasional, industri furnitur Indonesia justru menunjukkan tren sebaliknya. Fenomena ini mengejutkan banyak pihak dan memunculkan pertanyaan: apa yang membuat industri ini melesat ketika yang lain menurun?
Perlambatan Ekonomi: Kenyataan yang Tak Terelakkan
Ekonomi Indonesia dalam beberapa kuartal terakhir memang menunjukkan tanda-tanda perlambatan. Faktor global seperti ketegangan geopolitik, inflasi, hingga penurunan permintaan ekspor berkontribusi pada penurunan aktivitas ekonomi domestik. Konsumsi rumah tangga melemah, investasi melambat, dan sektor manufaktur mengalami tekanan.
Namun, di tengah kabut ketidakpastian tersebut, sektor furnitur justru mengalami pertumbuhan yang cukup mengejutkan.
Industri Furnitur Melesat: Angka yang Berbicara
Data terbaru dari Asosiasi Industri Permebelan dan Kerajinan Indonesia (ASMINDO) menunjukkan bahwa ekspor furnitur Indonesia meningkat hingga 15% pada kuartal pertama 2025 dibandingkan periode yang sama tahun lalu. Beberapa pelaku industri bahkan melaporkan lonjakan permintaan dari pasar Amerika Serikat, Eropa, dan Timur Tengah.
Tidak hanya ekspor, pasar domestik juga menunjukkan geliat. Penjualan furnitur berbasis online meningkat tajam, seiring meningkatnya tren dekorasi rumah dan kerja dari rumah (WFH) yang belum sepenuhnya surut pasca pandemi.
Apa yang Mendorong Pertumbuhan Ini?
1. Perubahan Gaya Hidup dan Konsumen Baru
Dengan meningkatnya jumlah pekerja remote dan kesadaran akan kenyamanan rumah, banyak orang berinvestasi pada perabotan rumah tangga. Generasi milenial dan Gen Z menjadi pasar potensial, dengan preferensi terhadap furnitur fungsional, estetis, dan terjangkau.
2. Inovasi dan Digitalisasi
Produsen furnitur lokal semakin melek teknologi. Banyak yang telah memanfaatkan platform e-commerce dan media sosial untuk menjangkau konsumen lebih luas. Bahkan beberapa UMKM furnitur kini menggunakan teknologi AR (augmented reality) agar pelanggan bisa “mencoba” furnitur secara virtual sebelum membeli.
3. Kebijakan Pemerintah dan Sertifikasi
Pemerintah turut mendukung industri ini melalui kemudahan perizinan, pelatihan ekspor, serta dorongan sertifikasi seperti SVLK (Sistem Verifikasi Legalitas Kayu), yang menjadi kunci untuk menembus pasar global.
4. Bahan Baku Lokal yang Kompetitif
Indonesia kaya akan bahan baku seperti kayu jati, rotan, dan bambu. Ini menjadi nilai tambah yang tidak dimiliki banyak negara pesaing. Produk furnitur berbahan alam kini menjadi tren di pasar internasional, terutama yang mengusung konsep eco-friendly.
Tantangan Tetap Ada
Meski tengah naik daun, industri furnitur bukan tanpa tantangan. Kenaikan harga bahan baku, biaya logistik, hingga persaingan dari produk impor murah tetap menjadi hambatan. Selain itu, kurangnya tenaga kerja terampil di sektor produksi juga menjadi perhatian pelaku industri.
Kesimpulan: Peluang di Tengah Krisis
Fenomena industri furnitur yang tumbuh saat ekonomi melambat menunjukkan bahwa krisis bisa menjadi peluang bagi sektor yang adaptif dan inovatif. Dengan dukungan teknologi, tren gaya hidup, dan potensi ekspor yang kuat, industri ini bisa menjadi salah satu pilar pemulihan ekonomi nasional ke depan.