Bali terkenal sebagai “Pulau Dewata” dengan keindahan alam dan budayanya, belakangan terus ramaikan oleh ulah turis asing yang “ugal-ugalan”.
Mulai dari pelanggaran lalu lintas, perilaku tidak sopan di area sakral, hingga tindakan asusila, aksi mereka memicu kekhawatiran masyarakat setempat.
Pengamat pariwisata menilai, lemahnya pengawasan menjadi faktor utama maraknya perilaku negatif turis asing. Mereka mendesak pemerintah dan pihak berwenang untuk segera mengambil langkah tegas demi menjaga ketertiban dan martabat budaya Bali.
Beberapa insiden viral di media sosial menunjukkan betapa seriusnya masalah ini:
- Pelanggaran Lalu Lintas – Banyak turis asing mengendarai sepeda motor tanpa SIM, melanggar rambu lalu lintas, bahkan mengemudi dalam keadaan mabuk.
- Perilaku Tidak Sopan di Tempat Suci – Beberapa wisatawan asing mengenakan pakaian minim di pura atau berfoto tidak pantas di area sakral.
- Tindakan Asusila di Tempat Umum – Sejumlah kasus turis asing berhubungan intim di pantai atau tempat umum memicu kemarahan warga.
Menurut pengamat, beberapa faktor yang memicu perilaku buruk turis asing di Bali antara lain:
- Sistem Visa yang Terlalu Longgar – Banyak turis datang dengan visa on arrival atau visa sosial, tetapi justru bekerja ilegal atau berperilaku tidak pantas.
- Lemahnya Penegakan Hukum – Pelanggaran seringkali tidak ditindak tegas, membuat turis asing merasa kebal hukum.
- Kurangnya Sosialisasi Aturan – Banyak wisatawan tidak memahami adat dan aturan di Bali, sehingga bertindak semaunya.
Bali selalu terkehaui sebagai destinasi yang ramah bagi turis mancanegara. Namun, keramahan ini tidak boleh salahartikan sebagai kebebasan tanpa batas. Dengan pengawasan yang lebih ketat dan penegakan hukum yang konsisten, diharapkan Bali tetap menjadi destinasi pariwisata yang nyaman, aman, dan menghormati budaya lokal.