Indonesia, dengan garis pantai terpanjang kedua di dunia, memiliki potensi besar sebagai produsen garam utama. Namun, selama ini, ketergantungan pada impor masih tinggi. Pemerintah menargetkan swasembada garam pada 2025, terutama untuk garam konsumsi, dengan dukungan teknologi dan peningkatan kesejahteraan petani garam .
Lalu, bagaimana peran teknologi dan kebijakan dalam mewujudkan target ini?
1. Dukungan Kebijakan Pemerintah
Pemerintah telah mengeluarkan Peraturan Presiden (Perpres) Nomor 17 Tahun 2025 tentang Percepatan Pembangunan Garam Nasional, menggantikan Perpres sebelumnya. Kebijakan ini fokus pada:
- Intensifikasi & ekstensifikasi tambak garam (peningkatan lahan dan produktivitas) .
- Pembangunan pabrik garam berbasis teknologi tinggi, seperti vacuum salt, yang bisa menghasilkan garam dengan kadar NaCl di atas 99% .
- Program Sentra Ekonomi Garam Rakyat (SEGAR) di provinsi, termasuk Jawa Timur dan Nusa Tenggara 8.
2. Peningkatan Teknologi untuk Atasi Tantangan Cuaca
Produksi garam tradisional sangat bergantung pada cuaca, sehingga sering terganggu musim hujan. Beberapa solusi teknologi yang dikembangkan:
- Metode Greenhouse Salt Tunnel (GST) – Digunakan di Malang, memungkinkan produksi garam sepanjang tahun tanpa tergantung cuaca, dengan kadar NaCl mencapai 95-97%.
- Teknologi geomembran – Meningkatkan kualitas dan kuantitas garam rakyat.
- Desalinasi air laut – Memanfaatkan air buangan PLTU untuk produksi garam industri
3. Kesejahteraan Petani Garam sebagai Faktor Penting
Petani garam tradisional masih menghadapi masalah seperti:
- Harga jual rendah (Rp 1.000–Rp 2.500/kg) perbanding biaya produksi.
- Kurangnya perlindungan harga dari pemerintah.
- Minimnya akses teknologi dan pendampingan.
Untuk meningkatkan kesejahteraan, pemerintah telah:
- Memberikan mesin pencuci garam untuk meningkatkan kualitas .
- Meluncurkan Program Pemberdayaan Usaha Garam Rakyat (Pugar) .
- Mendorong kemitraan dengan industri besar agar petani tidak tergusur .
Target swasembada garam 2025 masih mungkin tercapai, tetapi dengan catatan:
✅ Pemerintah konsisten dalam implementasi kebijakan.
✅ Teknologi tepat guna harus lebih masif diadopsi petani.
✅ Kesejahteraan petani harus diprioritaskan agar mereka tetap produktif.
Jika semua pihak bersinergi, Indonesia tidak hanya bisa mandiri dalam produksi garam, tetapi juga berpotensi menjadi eksportir garam berkualitas di masa depan .