Google mengumumkan kebijakan baru yang memperbolehkan developer game untuk menawarkan transaksi luar Google Play Store. Kebijakan ini memberikan fleksibilitas bagi pengembang untuk menggunakan metode pembayaran alternatif.
Namun, meski kebijakan ini terlihat menguntungkan, banyak developer game di Indonesia masih ragu untuk beralih. Mengapa hal ini terjadi? Simak penjelasannya berikut ini.
Alasan Developer Game RI Ragu Pindah dari Google Play
1. Infrastruktur dan Keamanan Pembayaran yang Belum Matang
Salah satu alasan utama developer ragu adalah sistem pembayaran di luar Google Play belum sepenuhnya siap. Integrasi dengan payment gateway lokal membutuhkan waktu dan biaya tambahan. Selain itu, keamanan transaksi juga menjadi pertimbangan besar.
2. Ketergantungan pada Ekosistem Google
Banyak developer telah terbiasa dengan tools dan analitik yang disediakan Google Play. Beralih ke sistem eksternal berarti harus mengelola distribusi, update, dan keamanan aplikasi secara mandiri, yang bisa lebih rumit.
3. Risiko Penurunan Visibilitas dan Download
Google Play Store tetap menjadi platform utama pencarian game di Android. Developer khawatir bahwa menghapus opsi pembayaran dalam aplikasi (in-app purchase) dari Google Play bisa mengurangi visibilitas dan jumlah download.
4. Biaya dan Kompleksitas Hukum
Mengelola pembayaran mandiri berarti developer harus mematuhi regulasi keuangan berbagai negara, termasuk pajak dan anti-fraud. Bagi studio kecil, ini bisa menjadi beban tambahan.
Perlukah Developer RI Mencoba?
Kebijakan Google ini adalah angin segar bagi developer yang ingin lebih mandiri. Namun, keputusan untuk beralih harus dipertimbangkan matang-matang, terutama dari sisi infrastruktur, keamanan, dan dampak bisnis.
Bagi developer besar dengan sumber daya memadai, ini bisa jadi kesempatan emas. Sementara bagi studio kecil, mungkin lebih baik tetap memanfaatkan Google Play sembari mempersiapkan diri untuk transisi di masa depan.
Bagaimana pendapat Anda? Apakah developer game Indonesia sudah siap beralih dari Google Play?